Masyarakat dan Konflik
Banyak sekali perbedaan yang muncul antara individu dengan individu lainnya yang kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat yang pada hakikatnya mempunyai unsur sebab dan akibat didalamnya, seperti pertentang pengambilan suatu keputusan untuk individu maupun kelompok, pertikaian antara individu ataupun kelompok, dan ketidakstabilan pelaksanaan kemasyarakatan. Hal inilah yang biasa kita sebut dengan konflik. Berbagai macam konflik yang terjadi di Indonesia mulai sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang ini menggambarkan bahwa sistem sosial yang berkembang di Indonesia erat kaitannya dengan konflik yang di hadapkan kepada pertentangan - pertentangan dari berbagai tokoh ataupun kelompok sosial politik yang ada. Banyaknya perbedaan pendapat antara individu ataupun kelompok dalam segala hal akan cenderung menimbulkan konflik. Bahkan perbedaan tentang dasar falsafah negara pun tidak dapat dihindari. Banyak yang lupa terhadap semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, yang mempunyai arti berbeda – beda tapi tetap satu jua.
Ada dua macam sudut pendekatan yaitu pendekatan struktural fungsional dan pendekatan konflik. Pendekatan struktural fungsional mengangap bahwa masyarakat terintegrasi karena adanya kesepakatan bersama. dan adanya aturan aturan yang di sebut norma norma sosial untuk mengatasi perbedaan pendapat di antara mereka. Norma norma sosial inilah yang membentuk sebuah struktur sosial. Pendekatan struktural fungsional bertujuan untuk mengatur perseorangan secara normatif sehingga menjamin stabilitas sosial. Tetapi para ahli sosiologi beranggapan bahwa pendekatan struktural fungsional bersifat reaksioner dan di anggap kurang mampu menganalisis masalah perubahan kemasyarakatan.
Konsensus dan konflik merupakan dua gejala yang tidak bisa dipisahkan dan saling melekat. Kedua gejala ini harus di integrasikan untuk menganalisis masyarakat indonesia yang majemuk. Struktur masyarakat indonesia ditandai dua ciri. Secara horisontal, adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan ras, agama, suku, adat. Secara vertikal, adanya perbedaan status sosial yang sangat tajam antara lapisan atas dan lapisan bawah. Struktur sosial masyarakat Indonesia dalam pengertian horizontal disebut juga masyarakat majemuk (plural societies). Disebut majemuk karena masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa elemen yang hidup terpisah atau tanpa ada pembauran satu sama lain walaupun berada pada satu kesatuan politik. Keadaan tersebut yang membuat tidak adanya unsur unsur persatuan dalam masyarakat indonesia. Sehingga masyrakat indonesia hanya menjadi pekerja kasar untuk para warga negara asing yang melakukan kegiatan ekonomi di indonesia. Dan hal tersebut yang menggambarkan keadaan masyarakat indonesia pada masa hindia belanda.
Struktur masyarakat Indonesia secara vertikal yaitu adanya perbedaan kekuatan politik dan kekayaan masyarakat Indonesia dan Semakin berkembangnya sektor ekonomi modern, organisasi administrasi nasional. Adanya perbedaan di sektor ekonomi indonesia sangat mempengaruhi pluralitas masyarakat yang ada di Indonesia. Masyarakat kota yang dominan dengan penggunaan sektor ekonomi modern dan masyarakt desa yang dominan dengan penggunaan sektor ekonomi tradisional. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat Indonesia masuk kedalam jurang yang memisahkan antara kalangan-kalangan masyarakat yang dianggap mampu dan yang berada dikalangan tidak mampu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik bersifat mutlak dan tidak bisa dihindari keberadaannya. Sehingga perlu dilakukan pendekatan teoritis untuk mengendalikan atau meminimalisir terjadinya konflik. Pendekatan teoritis sangat di perlukan mengingat masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk sehingga rawan terjadi pententangan atau perbedaan pendapat dalam menentukan kebijakan umum. Melalui pendekatan teoritis diharap dapat mengendalikan konflik yang terjadi di masyarakat yang bersifat majemuk ini.
Dalam buku Sistem Sosial Indonesia karangan Dr. Nasikun mempunyai rangkaian bahasa yang kurang efektif. Dalam struktur kata yang digunakan dalam buku ini terlalu berbelit-belit dan kurang efesien, sehingga seorang pembaca akan merasa bingung dalam memahami isi, maksud, tujuan dari pengarang. Akan lebih baik apabila buku ini menggunakan bahasa yang efektif, efisien dan mudah dimengerti oleh para pembaca, sehingga dapat menimbulkan minat baca untuk seseorang untuk lebih mendalami apa isi, maksud dan tujuan dari pengarang terhadap buku ini.
0 komentar:
Posting Komentar